top of page
Writer's pictureWomen's Empowerment Indonesia

Hubunganmu Toxic Ngga Sih? Yuk... Cari Tahu


Sumber: unsplash.com


Dalam pertemanan, terkadang (atau bahkan sering) kita mendengarkan dan menanggapi curhatan soal pasangan, terutama si jomblo yang siap jadi penasehat paling bijaksana. Nah dari beberapa cerita mereka, kita juga gak kalah sering mendapatkan kisah-kisah “beracun” dalam sebuah hubungan. Misalnya, si cewek yang sering banget dapet kekerasan fisik atau justru sebaliknya si cowok yang dimanipulasi pasangannya. Hal-hal kaya gini ternyata masih nyata terjadi dalam lingkungan kita, loh.


Alih-alih menemukan hubungan yang baik didasarkan rasa cinta, kita justru menemukan hubungan yang tidak sehat sama sekali. Mungkin orang-orang terdekat pernah atau sedang mengalaminya. Atau mungkin justru kita sendiri? Yuk kita kenali cirinya! Kita cari tahu, toxic atau tidak sih?


Kita kupas tuntas soal toxic relationship ya! Apa sih maksudnya? Apa aja ciri-ciri dan dampaknya? Lalu gimana cara mengatasi hal itu? Kita simak dulu tulisan di bawah ini.


 

Apa itu Toxic Relationship?


Toxic (toksik) sebenarnya merupakan sebuah istilah dalam ilmu kimia, yakni senyawa beracun yang menimbulkan efek negatif bagi tubuh manusia, salah satunya adalah menyebabkan kematian. Nah, berdasarkan pengertian itu, sekarang tinggal kita sambungin ke konteks hubungan asmara. Toxic relationship dapat diartikan sebagai hubungan yang tidak sehat untuk diri sendiri dan orang lain sehingga berpengaruh buruk pada harga diri, kebahagiaan, pikiran, sampai dengan cara pandang orang tersebut. Orang yang pernah mengalami hubungan tidak sehat akan merasakan konflik internal yang dapat menyebabkan emosi-emosi negatif seringkali muncul, seperti halnya marah atau cemas. Jika sudah parah, toxic relationship dapat mempengaruhi produktivitas bahkan juga bisa berdampak pada kesehatan mental.


Dari pengertian ini saja kita sudah bisa membuat gambaran secara umum bahwa sebenarnya hubungan yang toxic memang berbahaya. Padahal hubungan yang sehat seharusnya adalah yang membawa dampak positif atau pengaruh baik bagi kedua belah pihak. Tapi, kalau yang di dapat justru orang-orang toksik? Atau kita terlanjur dalam hubungan yang toksik, gimana dong?


Nah makanya kita kenali dulu ciri-ciri hubungan yang toksik itu seperti apa.


Seperti Apa Ciri Hubungan yang Toxic?


Toxic relationship memiliki 4 ciri yang paling mudah diidentifikasi. Yakni kekerasan verbal, kekerasan psikis atau emosional, kekerasan seksual, dan kekerasan fisik. Wah sebenarnya gimana ini penjelasannya, ya? Kita bahas satu-satu, deh.

  • Kekerasan Verbal

Verbal berarti ucapan. Segala kekerasan yang muncul berwujud pada ucapan, dikeluarkan dari mulut. Ngga ada bukti fisik yang memperkuat hal tersebut. Contohnya berbicara kasar, menuduh hal yang tidak berdasar, menghina di depan umum, dan mengancam.


  • Kekerasan Emosional atau Psikis

Kekerasan emosional pada umumnya tidak disadari karena bentuknya juga tidak terlihat. Namun jangan salah, dampaknya bisa lebih dahsyat! Karena jauh lebih menguras emosi. Dampaknya pun beragam, mulai dari perasaan dan harga diri yang tercoreng, kepercayaan diri yang menurun, hingga menimbulkan trauma berat. Bahkan ada juga yang mengalami depresi.

Contoh perilaku kekerasan emosional misalnya sifat posesif atau cemburu berlebihan kepada siapa saja hingga memanipulasi pasangan dengan memutarbalikkan fakta agar terlihat benar (gaslighting). Yang kemudian membuat mental tertekan dan mulai meragukan kebenaran yang diyakini.


  • Kekerasan Fisik.

Kekerasan fisik sifatnya dilakukan oleh anggota tubuh, baik kepada orang maupun barang. Contohnya memukul, menendang, menampar, mendorong, melempar benda, menggebrak meja, dan tindak kekerasan lainnya. Bekasnya paling mudah diidentifikasi, seperti seperti memar, berdarah, atau benda-benda yang rusak.

Biasanya kekerasan fisik dilakukan oleh orang yang sering menyaksikan atau mengalaminya, sehingga masuk ke alam bawah sadar dan diinternalisasi sebagai perilaku yang boleh dilakukan. Hingga akhirnya berdampak ketika sudah dewasa. Perilaku seperti ini harus segera disadari dan diatasi agar tidak berdampak pada orang-orang di sekitar, khususnya yang dicintai.


  • Kekerasan Seksual.

Seperti halnya kekerasan fisik, kekerasan seksual juga melibatkan anggota tubuh namun lebih spesifik. Bisa saja berbagai aktivitas seksual yang tidak didasari asas konsensual (dengan pemaksaan). Bisa juga sudah dengan asas konsensual namun pada praktiknya meninggalkan luka (baik secara fisik maupun emosional) kepada salah satu pihak.


Apa Dampak Toxic Relationship?


Perlu dipahami bahwa perilaku-perilaku yang muncul ketika dewasa sebenarnya berkaitan erat dengan masalah yang kita hadapi di masa lalu. Kalau hubungan yang toxic menjadi salah satu pemicu, maka hal ini akan berdampak pada bagaimana kita menyikapi sesuatu di masa kini dan nanti. Sebenarnya apa saja dampak yang bisa kita rasakan? Mungkin beberapa poin ini bisa menjadi indikasi untuk tahu seperti apa dampak hubungan yang toxic itu.

  • Kepercayaan Diri yang Menurun

Ketika pernah merasa tidak nyaman dengan perlakuan pasangan, kecenderungan untuk berusaha membuatnya merasa senang pasti meningkat. Ada perasaan untuk selalu ingin memberikan yang terbaik untuknya bukan karena cinta, tetapi karena takut direndahkan, diintimidasi, dan dimanipulasi. Karena merasa tidak cukup berharga untuk dicintai, akhirnya salah satu pihak menjadi inferior dan kurang percaya diri.

  • Suka Memendam Emosi

Ketika mendapat perlakuan buruk dari pasangan, ada perasaan sungkan untuk menolak atau membantah. Sehingga berujung pada emosi yang dipendam sendiri. Takut-takut jika nanti diutarakan justru akan menimbulkan konflik.

  • Trust Issue

Memiliki trust issue di masa sekarang bisa jadi merupakan dampak dari hubungan tidak baik di masa lalu, salah satunya dengan pasangan terdahulu. Trust issue akan membuat individu menjadi sulit sekali terbuka dan percaya dengan orang baru. Ia sulit menerima fakta bahwa ada orang lain yang peduli dan menyayanginya dengan tulus karena trauma yang sulit dihilangkan.

  • Susah Move On

Kesulitan untuk bergerak maju dan meninggalkan masa lalu (move on) menjadi masalah yang akan terus menghantui apabila tidak diatasi. Ada perasaan bahwa bayangan masa lalu kan tetap menghantui perasaan dan pikiran kemanapun pergi. Sehingga bukan rasa damai dan tenang yang diperoleh, melainkan tertekan dan depresi yang tak kunjung usai meskipun telah meninggalkan orang itu.


Gimana Cara Mengatasinya?


Setelah mengetahui apa itu toxic relationship, ciri, dan dampaknya, kini saatnya untuk membahas cara mengatasinya. Ada banyak cara untuk mengatasi hubungan yang toxic dan keluar dari lingkaran tersebut tentunya. Yuk kita kupas!


  • Evaluasi Hubungan

Dengan mengevaluasi sebuah hubungan maka akan lebih mudah melihat situasi dengan jelas. Hal ini menjadi langkah awal menentukan langkah selanjutnya. Apa sisi negatif dan positif saat dulu berhubungan dengan orang tersebut? Bagaimana perasaan saat bersama dengannya? Apa yang menjadi pemicu rasa tidak nyaman? Lontarkan beberapa pertanyaan ke diri sendiri. Tuliskan dan evaluasi apa yang menjadi argumen kuat kalau hubungan tersebut memang toxic.

  • Mengganti Kebiasaan dan Lingkungan

Setelah meninggalkan pasangan yang toksik, ada baiknya berganti suasana dengan yang baru. Hapus semua kontak dan kenangan yang berkaitan dengan orang tersebut. Hal ini akan sangat membantu proses penyembuhan dan move on dari pasangan sebelumnya. Cari kegiatan yang bermanfaat dan coba banyak hal yang selama ini ingin dicoba tapi belum terealisasi. Misalnya, masuk ke komunitas atau menjadi relawan, mencoba hobi baru yang menantang, atau menjadikan masa lalu yang buruk itu sebagai sebuah karya agar menjadi pengingat untuk sesama.

  • Konseling

Lakukan konseling ke psikolog atau psikiater apabila kita merasa butuh dan harus melakukannya untuk proses penyembuhan yang lebih cepat dan tepat. Sebab tidak dipungkiri, penyembuhan secara teknikal dari seorang ahli akan sangat membantu proses bertumbuh ke arah yang lebih baik. Sehingga hal ini juga berdampak pada produktivitas, kesehatan mental, bahkan kedamaian menjalankan hidup. Sekarang sudah ada banyak platform yang menyediakan konsultasi dengan harga bervariasi. Dari yang murah sampai yang cukup mahal, bahkan dalam hari-hari tertentu layanan gratis juga diberikan. Puskesmas dan rumah sakit serta aplikasi kesehatan online juga sudah memberikan fasilitas terbaik.


Ingat, tekad yang kuat dan keberanian serta keyakinan dari dalam diri sendiri lah yang akan membantu untuk berbenah dari hubungan yang toxic. Berhubungan memang tidak selalu berjalan mulus, tapi kalau sudah patah maka lebih baik lepaskan. Karena jalan yang patah tidak akan membawa kita kemana-mana selain berdiri di tempat. Rasa cinta yang diyakini ternyata bisa jadi hanya obsesi terhadap orang tersebut. Sehingga bukannya merasa bahagia, yang ada justru tertekan. Kadang cinta dan bahagia memang tidak bisa berjalan beriringan. Namun akan selalu ada cara untuk mengakhiri hal yang merusak jiwa. Sebelum kehilangan diri sendiri, lebih baik kehilangan orang lain. Putar arah atau cari jalur lain agar kita tetap bergerak dan dapat melanjutkan hidup. Karena dalam hidup ini tidak ada yang lebih penting daripada tubuh dan jiwa yang selalu dibawa kemanapun pergi. Dirimu lebih berharga daripada yang kamu kira.


Penulis: Azani Pevi Putri

 


DAFTAR PUSTAKA


Akbar, F. (2020). Apa Itu Toxic Relationship? Bagaimana Cara Mengatasinya? https://satupersen.net/blog/apa-itu-toxic-relationship-bagaimana-cara-mengatasinya

Julianto, V., Cahayani, R. A., Sukmawati, S., & Aji, E. S. R. (2020). Hubungan antara Harapan dan Harga Diri Terhadap Kebahagiaan pada Orang yang Mengalami Toxic Relationship dengan Kesehatan Psikologis. Jurnal Psikologi Integratif, 8(1), 103. https://doi.org/10.14421/jpsi.v8i1.2016


31 views0 comments

Recent Posts

See All

Kommentare


bottom of page