Penulis : Junyta Adhiwidya
Editor : Setyoningsih Subroto
Pertemanan seharusnya menjadi hal yang membahagiakan. Kamu memiliki teman untuk bisa berbagi cerita tanpa takut dihakimi, melakukan banyak aktivitas menyenangkan, dan hal-hal lain yang bisa meningkatkan mood setelahnya. Pertemanan yang sehat juga memiliki keuntungan karena bisa menekan risiko gangguan kesehatan mental seperti depresi. Namun bagaimana jika setelah bertemu dengan teman mood-mu malah semakin jelek, merasa menjadi outsider atau perasaan tersingkir, dan ada rasa sakit yang tertinggal dari ucapan atau perilaku mereka? Kemudian energimu terkuras habis setelah bertemu atau menghabiskan waktu bersama. Jika hal ini sudah berlangsung dalam waktu yang lama dan konstan, kamu perlu waspada. Mungkin saja kamu terjebak dalam toxic friendship.
Toxic friendship adalah suatu bentuk pertemanan yang membawa dampak negatif bagimu. Kesehatan mentalmu pun juga bisa terdampak. Loh kok bisa? Oh bisa saja. Yakni melalui hal-hal negatif seperti berbohong, meremehkan, memanipulasi, hingga memanfaatkan. Lalu apa saja ciri-ciri dari toxic friendship ? Nah agar kalian semakin tahu, mari simak penjelasan di bawah ini.
Merasa Dimanfaatkan
Contohnya ketika kamu selalu ada untuk membantu temanmu namun tidak demikian sebaliknya. Ketika kamu membutuhkan bantuan, temanmu seringkali mengabaikan dan menganggap sepele hal-hal yang sedang kamu hadapi.
Mendapat Ucapan-ucapan yang Tidak Semestinya
Teman yang baik hendaknya memberikan kritik yang membangun dan tidak mempermalukanmu di depan umum. Jika yang kamu dapatkan adalah kritikan yang menjatuhkan, penilaian buruk, kekurangan yang selalu dicari-cari, hingga pernyataan menyerang atau candaan yang kurang tepat, alangkah baiknya kalau kamu waspada. Ada kemungkinan kamu terjebak di dalam toxic friendship.
Merasa Tidak Dianggap
Seperti ketika kalian bercerita tidak pernah ditanggapi secara penuh dan mereka menyepelekan apapun pendapat yang kalian ajukan, hanya membicarakan tentang dirinya sendiri tanpa mau untuk mendengar cerita atau masalah yang sedang kalian hadapi.
Merasa Tidak Nyaman
Seharusnya ketika bersama dengan teman akan menimbulkan rasa bahagia dan tidak merasa waktu berjalan begitu lama. Namun jika kalian merasakan hal yang sebaliknya seperti merasa stress, nervous, dan tersinggung. Serta ketika mereka tidak peduli untuk melemparkan lelucon yang menjatuhkan dan tidak merasa bahwa kata-kata atau lelucon yang mereka lontarkan sangat mempengaruhi diri kalian.
Merasa Bersalah
Pada akhirnya kalian akan merasa ada yang salah dengan diri sendiri. Mulai menyalahkan dan meragukan kemampuan diri sendiri serta merasa bahwa tidak berharga saat berada di kelompok pertemanan tersebut.
Segala sesuatu yang berawalan dengan kata toxic sudah pasti tidak baik, maka dari itu kamu harus berusaha untuk mencari solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi. Lalu bagaimanakah caranya agar kamu bisa mengatasi keadaan ini? Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi toxic friendship.
Sampaikan Perasaanmu
Cobalah untuk mengutarakan apa yang kamu rasakan selama ini. Mulai dari ketidaknyamanan hingga batasan-batasan yang kamu miliki serta ucapan/sikap yang dapat kalian tolerir. Lalu perhatikan sikap temanmu. Apakah ada perubahan yang berarti setelah kamu menyampaikan hal-hal tersebut? Karena beberapa orang terkadang tidak menyadari jika ada sikap yang menyakitkan bagi orang lain. Jika temanmu semakin memperburuk keadaan dengan berkata “ah kamu baperan nih”, maka mulailah pikirkan waktu untuk dirimu sendiri. Pikirkan apa yang sebenarnya ingin kamu dapatkan dari sebuah pertemanan.
Membatasi Interaksi
Cobalah untuk membatasi interaksi. Pikirkanlah seberapa sering stres yang muncul saat kamu bersama temanmu. Semakin kamu merasa stres, maka alangkah baiknya jika tidak perlu berinteraksi secara intens.
Tinggalkan Saja!
Jika kamu sudah berusaha secara maksimal namun tidak ada perkembangan yang berarti, atau bahkan sudah berdampak pada kesehatan mentalmu, maka keputusan terakhir adalah tinggalkan saja. Beranilah untuk mengambil sikap dan tinggalkan lingkup pertemanan yang toxic tersebut. Mungkin ini bukanlah hal yang mudah mengingat pertemanan yang sudah terjalin lama atau karena faktor lainnya. Namun jangan lupa, dirimu lebih penting.
Itulah hal-hal yang dapat kamu lakukan jika berada dalam toxic friendship. Semakin dewasa, kamu perlu menyadari bahwa dirimu sendiri perlu untuk diperhatikan. Dan kamu juga harus mulai bisa menyaring lingkup pertemanan mana yang baik bagimu. Kamu tidak perlu khawatir, memiliki teman atau sahabat dengan hitungan jari bukanlah sebuah masalah besar. Seiring berjalannya waktu, memperluas relasi untuk membangun karir dan masa depanlah yang menjadi fokus utama. Beranilah untuk keluar dari lingkaran pertemanan yang menurutmu tidak sehat. Tetaplah baik pada semua orang, namun cobalah untuk lebih selektif dan membatasi agar tidak lagi terjebak ke dalam toxic friendship. Cobalah untuk berfokus pada kebutuhan diri sendiri dan berteman dengan orang-orang yang bisa menerima dan menghargai batasanmu.
Referensi :
Geller, L. dan Blumberg, P.O. (2019, Januari 23). “Signs of Toxic Friendships”. https://www.womenshealthmag.com/relationships/a25939904/signs-of-toxic-friendships/
McCoy, K. (2018, Juli 26). “Toxic Friendships: How to Stop The Pain of A Toxic Friendship”. https://www.psychologytoday.com/us/blog/complicated-love/201807/toxic-friendships
Raypole, C. (2020, Mei 19). “In A Toxic Friendship? Here’s What to Look For (and How to Handle It”. https://www.healthline.com/health/toxic-friendships
Wahome, C. (2021, Agustus 25). “How to Break Up with A Toxic Friend”. https://www.webmd.com/balance/features/toxic-friends-less-friend-more-foe/
Comentarios